Sabtu, 10 November 2012

Tips Perlindungan dari Radiasi Ultraviolet



Mentari di atas Pohon Mangga
Anda mungkin telah mendengar di mana-mana bahwa Anda membutuhkan perlindungan dari sinar matahari. Hal ini karena sinar matahari memiliki efek berbahaya pada kulit yang dapat menyebabkan penuaan dini kulit, kanker kulit, kulit terbakar dan sejumlah masalah lain. 
Paparan radiasi ultraviolet dari sinar matahari berkontribusi terhadap 90% gejala penuaan dini kulit. Banyak perubahan kulit yang umumnya diyakini karena faktor usia, seperti keriput dan mudah iritasi, sebenarnya juga akibat paparan radiasi UV berkepanjangan.
Ultraviolet adalah satu dari tiga jenis radiasi sinar matahari, dua lainnya adalah inframerah (yang memberikan panas) dan cahaya yang terlihat, semakin panjang gelombang sinar UV, semakin besar dampak kerusakan yang ditimbulkannya pada kulit.

Radiasi ultraviolet menurut panjang gelombangnya terdiri ;
1.     Sinar UVA
UVA adalah sinar UV yang paling banyak menimbulkan radiasi. dengan memiliki panjang gelombang terpendek (100-290 nm). Sinar UVA meliputi 95 persen radiasi yang mencapai permukaan bumi dan 30 – 50 kali lebih umum dari sinar UVB walaupun kurang intens.
Radiasi UVA dulu diperkirakan memiliki efek yang kecil terhadap kerusakan kulit, tapi sekarang studi menunjukkan bahwa UVA merupakan penyumbang utama kerusakan kulit dan kerutan. UVA menembus kulit lebih dalam dari UVB dan bekerja lebih efisien. Radiasi UVA menembus sampai dermis (lapisan kedua dari kulit) dan dapat merusak serat-serat yang berada di dalamnya.
Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. Intensitas radiasi UVA lebih konstan daripada UVB (sepanjang hari). Selain itu, UVA dapat menembus kaca.

2.     Sinar UVB
Sinar UVB biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (epidermis). Dengan panjang gelombang sedang (290-320 nm). Sinar ini memiliki intensitas tertinggi antara jam 10:00 dan 14:00 saat sinar matahari terang. Sebagian sinar UVB matahari terblokir oleh lapisan ozon di atmosfer. UVB tidak menembus kaca.
Dalam jumlah kecil, radiasi UVB bermanfaat untuk sintesis vitamin D dalam tubuh, tetapi paparan berlebihan sinar ini dapat menimbulkan kulit kemerahan/terbakar dan efek berbahaya sintesis radikal bebas yang memicu eritema dan katarak. Sinar UVB juga dapat menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel sehingga memicu pertumbuhan kanker kulit.

3.     Sinar UVC
Radiasi UVC menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak, karena memiliki panjang gelombang (320-400 nm). Namun untungnya, mayoritas sinar ini terserap di lapisan ozon atmosfer.
Dengan meluasnya kerusakan lapisan ozon karena pelepasan bahan kimia tertentu ke lingkungan (ozone depleting chemicals) seperti freon AC dan lainnya, dikhawatirkan akan banyak UVC yang lolos ke bumi dan menimbulkan berbagai dampak merugikan pada manusia.

Tips perlindungan dari radiasi ultraviolet

Perlindungan dari radiasi ultraviolet berlebihan adalah hal yang sangat penting bagi kesehatan Anda. Pedoman berikut dapat membantu Anda melindungi keluarga Anda dari radiasi UV yang berbahaya:

  1. Terapkan Syari’at Jilbab (bagi muslim) atau Kenakan pakaian yang menutupi seluruh badan, sarung tangan, topi bertepi lebar atau payung.
Hindari pakaian tipis yang tembus radiasi. Bila menggunakan payung, pilihlah payung berbahan tidak tembus cahaya.

  1. Carilah tempat yang teduh
Ketika Anda melakukan kegiatan luar ruangan di siang atau sore hari (khususnya pada jam 10:00 sampai 15:00). Jangan mengira Anda aman hanya karena langit mendung. Radiasi ultraviolet bisa melewati awan dan kabut.

  1. Gunakan pelembab (lotion) tabir surya dan ulangi penerapannya beberapa kali, sesuai petunjuk pada label.
Pilihlah tabir surya spektrum luas dengan faktor perlindungan matahari (SPF) minimal 15. Tabir surya tidak memberikan perlindungan penuh. Jangan terlalu lama di bawah terik sinar matahari meskipun Anda menggunakan tabir surya. Carilah tempat yang teduh.

  1. Pakailah kacamata hitam
Mata Anda tidak memiliki pertahanan alami terhadap matahari, dan kerusakan mata dari sinar UV dapat menyebabkan katarak. Penggunaan kacamata hitam dapat memblokir atau menyaring radiasi ultraviolet lebih dari 95% radiasi UVA.

  1. Berikan perlindungan ekstra pada bayi dan anak-anak.
Kulit bayi dan anak-anak lebih sensitif dibandingkan kulit orang dewasa, sehingga mereka membutuhkan perlindungan ekstra jika keluar di bawah terik matahari untuk waktu yang lama. Anak-anak harus memakai topi, pakaian lengan panjang, dan celana panjang.
Bila Anda menerapkan tabir surya pada anak, pastikan telah meliputi bagian-bagian tubuh mereka yang paling rawan, termasuk tangan, telinga, wajah, dan leher.
Hindari menggunakan tabir surya pada bayi.

Selasa, 06 November 2012

Ketika Saudara Kita Sakit

Para pembaca rahimakumullah

Islam sebagai agama yang sempurna senantiasa memperhatikan segala hal yang mendatangkan kebaikan bagi manusia. Satu hal yang telah diatur dan dibimbingkan oleh agama kita adalah menjenguk saudara kita ketika jatuh sakit. Begitu pentingnya permasalahan ini hingga dibakukan dalam Islam sebagai salah satu hak muslim atas muslim yang lain, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Salah satunya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللهِ؟، قَالَ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim atas muslim yang lainnya ada enam.” Kemudian ditanyakan, “Apa saja itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Jika bertemu ucapkanlah salam, jika diundang maka penuhilah, jika dimintai nasehat maka berilah nasehat, jika bersin lalu memuji Allah maka doakanlah, jika sakit maka jenguklah dan jika meninggal maka ikutilah penguburannya.” HR. Muslim no 2162
Merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi orang yang sakit jika ada saudara atau kerabat yang menjenguknya. Dengan itu akan akan semakin erat dan kuatlah tali persaudaraan antar mereka.

Hukum Menjenguk Orang Sakit
Para pembaca rahimakumullah, para ulama berbeda pendapat tentang hukum menjenguk orang sakit. Namun Allahu a’lam yang lebih kami pilih adalah fardhu kifayah. Artinya jika ada yang melaksanakannya maka gugur kewajiban bagi yang lain, namun jika tidak ada seorang pun yang melaksanakannya dalam kondisi mengetahui ada yang sakit maka semuanya berdosa. Namun hal ini bisa menjadi fardhu ‘ain jika yang sakit adalah seorang kerabat atau keluarga dekat karena menjenguknya termasuk bagian dari silaturahmi, sedangkan silaturahmi itu hukumnya wajib.
Hal penting yang perlu diperhatikan pula bahwa yang berhak dijenguk itu hanyalah orang sakit yang terbaring di rumahnya dan tidak bisa beraktivitas. Adapun orang-orang yang sakitnya ringan sehingga bisa keluar rumah dan beraktivitas maka tidak termasuk yang berhak dijenguk, namun tidak mengapa bagi kita untuk menanyakan keadaannya. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin dan Fathu Dzil Jalali wal Ikram karya asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah)

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit
Para pembaca rahimakumullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan beberapa keutamaan menjenguk orang sakit. Di antaranya adalah:
1. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ عَادَ مَرِيْضًا لَمْ يَزَلْ فِيْ خُرْفَةِ الْجَنَّةِ، قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا خُرْفَةُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: جَنَاهَا
“Barang siapa menjenguk saudaranya yang sakit maka dia senantiasa berada di Khurfatul jannah sampai dia pulang.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa khurfatul jannah itu? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Memetik buah-buahan di surga.” HR. Muslim no. 2568 dari sahabat Tsauban radhiyallahu ‘anhu.
2. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الجَنَّةِ
“Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim yang lain pada pagi hari melainkan 70.000 malaikat akan bershalawat (mendoakan ampunan) baginya sampai sore hari. Jika menjenguk pada sore hari maka 70.000 malaikat akan bershalawat baginya sampai pagi hari. Dia pun berhak untuk memiliki buah-buahan yang dipetik di surga.” HR. at-Tirmidzi dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Adab Menjenguk Orang Sakit
Ada beberapa adab dan bimbingan bagi seseorang yang menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Di antaranya adalah:
1. Hendaknya meniatkan amalan tersebut karena Allah subhanahu wa ta’ala dan meneladani baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan untuk tujuan dunia.
2. Berharap agar amalan yang dilakukannya itu bisa memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi saudaranya yang sedang sakit.
3. Alangkah baiknya jika kesempatan menjenguk dimanfaatkan untuk menghibur si sakit dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti mengingatkan untuk bersabar, bertaubat, beristighfar, dan yang semisal dengan itu. Jangan menyampaikan hal-hal yang dapat menambah beban si sakit.
4. Jangan lupa mendoakannya, di antara doa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut:
لاَ بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ
“Tidak mengapa, insya Allah (sakit ini) sebagai pembersih.” HR. al-Bukhari dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menjenguk orang sakit yang belum datang ajalnya lalu dia mengucapkan doa,
أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
“Aku meminta kepada Allah yang Maha Kuasa, Rabb al-’Arsy yang agung, agar memberikan kesembuhan kepadamu.”
Sebanyak 7 kali, niscaya Allah akan memberikan kesembuhan kepadanya.” HR. at-Tirmidzi dan Abu Dawud dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
5. Tidak mengapa membawa sesuatu untuk dihadiahkan kepada si sakit, karena dengan hadiah akan semakin erat tali persaudaraan dan kasih sayang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
“Saling memberikan hadiahlah di antara kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
6. Hendaknya tidak berkunjung atau menjenguk di waktu-waktu yang memberatkan si sakit, seperti waktu-waktu tidur atau istirahat.
7. Meruqyah si sakit dengan membacakan kepadanya bacaan-bacaan yang disyariatkan yaitu ayat-ayat Al-Qur`an atau doa-doa yang tidak mengandung kesyirikan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra`: 82)
Al-Qur`an itu mengandung obat dan rahmat. Namun kandungan tersebut tidak bermanfaat bagi setiap orang dan hanya bermanfaat bagi orang yang beriman dengannya, yang membenarkan ayat-ayat-Nya, dan mengilmuinya. Adapun orang-orang yang zalim, yang tidak membenarkannya atau tidak beramal dengannya, maka Al-Qur`an tidak akan menambahkan kepada mereka kecuali kerugian. (Lihat Tafsir as-Sa’di)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk sebagian keluarganya yang sakit lalu beliau mengusap si sakit dengan tangan kanannya sambil membaca:
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ، اشْفِ، أَنْتَ الشَّافِيْ لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاءُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini. Sembuhkanlah, Engkau adalah Dzat yang Maha Menyembuhkan. (Maka) tidak ada obat (yang menyembuhkan) kecuali obatmu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” Muttafaqun ‘alaih
8. Jika yang menjenguk itu dari kalangan orang yang berilmu hendaknya mengajarkan hal-hal penting yang belum diketahui si sakit, seperti tata cara bersuci dan shalat bagi orang sakit dan yang lainnya.
9. Lihatlah bagaimana keadaan si sakit. Jika si sakit merasa senang dengan berlama-lama di rumahnya maka hendaknya tidak segera pulang demi memberikan kebahagiaan kepada si sakit. Namun jika si sakit merasa gelisah dan kurang nyaman berlama-lama dengannya maka hendaknya tidak berlama-lama di rumahnya dan bersegera meminta izin pulang.
10. Jika memang memungkinkan, boleh bagi si penjenguk meminta kepada si sakit agar mendoakannya dengan kebaikan karena keadaan sakit merupakan salah satu momen dikabulkannya doa.
11. Jika ternyata si sakit berada di tempat pengobatan umum, seperti rumah sakit dan semisalnya maka hendaknya memperhatikan kerapian diri serta memperhatikan tata tertib dan aturan di tempat tersebut. Seperti berpakaian yang rapi dan sopan, melihat jadwal waktu-waktu berkunjung, tidak membuat gangguan bagi si sakit dan pasien yang lain semisal merokok, berkata kotor, gaduh, tidak sopan, dan yang lainnya.
12. Jangan lupa, ketika sedang menjenguk si sakit untuk banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat kesehatan kepadanya. Karena seseorang itu seringkali menyadari kadar nikmat Allah subhanahu wa ta’ala ketika melihat orang lain yang kehilangan nikmat tersebut, baik karena dicabut oleh Allah subhanahu wa ta’ala atau belum dikaruniai nikmat tersebut atau ketika dirinya sendiri telah kehilangan nikmat tersebut.

Nasehat untuk Keluarga si Sakit
Perlu saya nasehatkan kepada keluarga dan kerabat si sakit untuk senantiasa bersabar atas ujian yang menimpanya. Hendaknya senantiasa menjadikan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bimbingan ketika melayani si sakit. Termasuk ketika mengobati si sakit hendaklah menempuh cara-cara yang syar’i dan meninggalkan cara-cara yang tidak syar’i seperti membawanya ke dukun atau paranormal.
Begitu juga ketika diketahui ada tanda-tanda ajal akan menjemputnya maka hendaknya menalqinkan atau memerintahkannya untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Talqinkanlah kepada orang yang menjelang kematiannya kalimat Laa ilaaha illallah. Barang siapa yang akhir ucapannya Laa ilaaha illallah maka dia akan masuk surga…” HR. Muslim
Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis: Ustadz Abdullah Imam hafizhahullahu ta’ala